Selain menyamakan pemahaman tentang konsep Pasa Harau kepada masyarakat, lokakarya ini menjadi semacam refleksi kerja festival pada tahun sebelumnya dan kemudian memproyeksikan kerja festival pada tahun ini. Dengan itu, kerja festival menjadi sedikit lebih ringan dan santai, karena melalui lokakarya ini masyarakat Harau telah mencicil pekerjaannya sebagai penyelenggara festival.
Lokakarya yang diadakan di aula kantor Wali Nagari Harau ini dilaksanakan pada tanggal 12 – 14 Januari 2018. Lokakarya ini semula direncakan akan mengundang beberapa lembaga terkait, serupa Dinas Pariwisata provinsi, Dinas Pariwisata Kab. Limapuluh Kota, serta perwakilan dari Koalisi Seni Indonesia (KSI). Namun, karena lembaga-lembaga tersebut tidak bisa hadir maka lokakarya ini difasilitatori oleh beberapa orang yang memang menjadi founder Pasa Harau.
Lokakarya ini diikuti oleh segenap Komunitas Lembah Harau. Yaitu komunitas masyarakat yang akan akan menjadi penyelenggara Pasa Harau. Kemudian disupport oleh Dinas Pariwisata, Yayasan Umar Kayam Yogyakarta, (KSI) Koalisi Seni Indonesia, Rumah Budaya Joglo Abang. Juga media partners Sudut Payakumbuh, Info Sumbar, Teraseni.com, Info Festival, Masyarakat Peduli Media. Serta juga komunitas Ruang Belajar Bintang Harau, Sanggar Puti Ambang Bulan, Sanggar Galanggang Baribuik, Payakumbuh Youth Artee Committee, dan Bengkel Seni Minanga Centre.
Materi lokakarya secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian. Pertama, tentang kesejarahan munculnya gagasan Pasa Harau, menyangkut konsep, tujuan, kemudian bagaimana proses-proses yang dialami ketika gagasan itu dilempar kepada masyarakat Harau. Semacam menjemput kembali semangat Pasa Harau yang telah 2 kali digelar. Bagian ini disampaikan oleh Dede Pramayoza selaku orang pertama yang membawa gagasan Pasa Harau ke Lembah Harau. Kemudian melaporkan dengan transparan soal dari mana festival ini dibiayai, kemudian lembaga apa saja yang ikut membiayai, lalu apa saja kebutuhan biaya Pasa Harau.
Bagian kedua, Budhi Hermanto, yang juga salah satu founder Pasa Harau. mengajak masyarakat Harau untuk membayangkan sebuah festival seni dan budaya, kemudian tidak lupa mencatat program-program apa saja yang akan dibuat selama festival, apa saja kira-kira yang menjadi kebutuhan festival, dan diturunkan lagi kepada siapa yang akan mengerjakan apa. Bagian ini peserta dibagi dengan beberapa kelompok, kemudian masing-masing kelompok membuat konsep festival yang mereka bayangakan, lalu setelahnya mempresentasikan di tengah-tengah peserta lokakarya.
Kemudian bagian ketiga, semacam simulasi, bagaimana kira-kira peserta lokakarya menyusun kegiatan dalam rundown ketika Harau dikunjungi oleh 50 atau 100 orang lebih. Bagaimana kemudian mengelola, dan apa saja yang akan ditawarkan kepada pengunjung sehingga pengunjung tersebut mau untuk tinggal lebih lama di Harau. Bagian ini juga dibagi dalam beberapa kelompok, membuat tawaran agenda untuk pengunjung yang mendatangi Harau, kemudian mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing.
Lokakarya yang dilaksanakan ini tampak menarik dan diikuti dengan antusias oleh komunitas masyarakat. Tampak keseruan diantara peserta ketika diajak membuat semacam daftar harapan-harapan kedepan yang ingin dicapai oleh masyarakat Harau mengenai daerahnya yang merupakan destinasi unggulan di Kab. Limapuluh Kota. Lalu, bagaimana kemudian harapan-harapan tersebut diturunkan dalam bentuk program-program kerja, sehingga akan ketahuan apa saja kebutuhan-kebutuhan yang mesti dipenuhi oleh masyarakat Harau, baik menyangkut keterampilan teknis, maupun alat-alat serta insfrastruktur untuk pengembangan daerah mereka.
Lokakarya ini adalah salah satu bentuk kerja nyata Pasa Harau Art & Culture Festival untuk berbagi pengetahuan bersama masyarakat. Dengan lokakarya, Pasa Harau mendorong masyarakat Harau membuat kurikulum sendiri menyangkut apa-apa saja yang harus dikerjakan komunitas masyarakat. Hal ini merupakan satu kemajuan kongkret atas kemandirian Komunitas Lembah Harau untuk mengelola potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mereka punya, tanpa harus menunggu campur tangan pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar