LEGUSA MUSIC FESTIVAL 2018; Perayaan Proses Kreatif Anak Nagari Tanjung Haro Sikabu-Kabu Padang panjang

LMF atau Legusa Music Festival adalah kegiatan yang diparkarsai oleh Teraseni dan beberapa kelompok kesenian, di antaranya, Ruang Kreatif La Paloma, Sanggar Seni Puti Ambang Bulan yang berbasis di nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang, Kec. Luhak, Kab. Lima Puluh Kota. Kegiatan ini merupakan sebuah project pemberdayaan potensi seni (musik) berbasis masyarakat, berproses bersama masyarakat, kemudian merayakannya bersama-sama masyarakat.


Secara gagasan, Legusa Music Festival hadir untuk mendorong masyarakat nagari Sikabu-kabu Tanjung Haro Padang Panjang untuk menemukenali kembali potensi seni mereka, mendata pelaku-pelaku seni yang ada dalam masyarakat, kemudian berproses kreatif bersama. Baik itu pelaku seni musik tradisi ataupun seni musik popular, yang kemudian bekolaborasi untuk membuat karya bersama lalu dipentaskan dan dirayakan sebagai wujud ekspresi masyarakat Nagari Sikabu-kabu Tanjung Haro Padang Panjang.


Setelah gagasan ini dilemparkan kepada Karang Taruna Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang, kemudian disampaikan kepada pemuda masing-masing jorong untuk didorong membuat semacam kelompok kesenian (musik). Nagari yang mempunyai 6 jorong ini kemudian membentuk 6 kelompok musik yang siap berproses.


Proses kreatif anak nagari ini kemudian difasilitasi oleh 4 orang seniman muda Sumatera Barat sebagai fasilitator. Mereka akan berbagi pengalaman seputar membuat karya musik dengan 6 kelompok musik dari nagari Tanjung Haro Sikabu-Kabu Padang Panjang. Baik itu berupa komposisi musik, maupun karya aransemen. Mereka adalah, Alex Septiyono yang bergiat di Rung Kreatif La Paloma, Andes Satolari yang bergiat di Sanggar Seni Puti Ambang Bulan, Hario Uncu yang bergiat di kelompok musik Taman Bunga, serta Fandi Pratama yang bergiat di Ruang Kreatif La Paloma dan Bengkel Seni Tradisi Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya UNAND.


Kegiatan ini tidak lain sebagai sebuah upaya untuk mengembalikan kesenian kepada masyarakat. Fenomena-fenomena musikal yang ada di dalam masyarakat akan ditangkap, lalu dituangkan kedalam karya kolaborasi antar pelaku seni dalam masyarakat, kemudian dipentaskan di tengah-tengah masyarakat. Maka masyarakat adalah kreator, apresiator, kritikus, dan juga sebagai sponsor kesenian, sehingga harapannya keberlangsungan ekosistem kesenian akan dapat terjaga di dalam masyarakat. Untuk itu, kesenian harus dimulai dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar