Selain itu, lokakarya ini juga bertujuan untuk tempat belajar, berbagi pengetahuan satu sama lain antar anak muda tentang kota yang mereka naungi. Juga belajar bagaimana membuat langkah kerja kreatif anak muda dengan metoda berbasis riset dan data-data sebagai landasan gerakan, kemudian menurunkannya kedalam bentuk praktik.
Kegiatan ini dilaksanakan di kantor media independen kreatif Sudut Payakumbuh, tepatnya di jalan Imam Bonjol, Bonai, Kelurahan Tanjunggadang Sunai Pinago, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh.
Lokakarya anak muda ini diberdayakan oleh Payakumbuh Youth Arte Committee (PYAC), lembaga Teraseni Institute, serta pegiat media kreatif Sudut Payakumbuh. Serta diikuti oleh komunitas-komunitas anak muda Kota Payakumbuh. Diantaranya, Payakumbuh Artspace, Bengkel Seni Minanga Centre, Artphysode Project, serta beberapa entepreuner muda Kota Payakumbuh.
Dalam lokakarya ini difasilitatori oleh 4 orang anak muda. Diantaranya, Dede Pramayoza dari Teraseni Institute yang memang sedang terlibat beberapa kegiatan dengan anak muda di Sumatera Barat, Roni Keron sebagai Founder Payakumbuh Youth Arte Committee, Ade Suhendra sebagai founder media independen kreatif Sudut Payakumbuh, dan Andi Mardellin dari Bengkel Seni Minanga Centre.
Lokakarya dimulai oleh Andi Mardellin dengan membentangkan tentang komunitas-komunitas anak muda yang ada di Kota Payakumbuh. Baik yang pernah dia ikuti secara struktural, maupun sebagai partner jika dalam program yang sama. Dalam catatannya, yang bersentuhan dengannya saja ada lebih 10 komunitas aktif. Baik itu dengan pendekatan seni sebagai basis gerakan, komunitas-komunitas sosial, komunitas-komunitas familly gathering, maupun komunitas-komunitas geakan sosial.
Menurut Andi, gerakan-gerakan komunitas ini tidak bertahan lama. Karena menurutnya tidak punya program kerja yang terencana dan cendrung sporadis. Berdasarkan gambaran yang dberikan oleh Andi ini, peserta jadi punya semacam catatan bahwa ketidakbertahanan komunitas di Kota Payakumbuh adalah karena tidak punya program kerja yang jelas, tidak tertata, makanya cendrung sporadis.
Selanjutnya, Ade Suhendra dari media indiependen kreatif Sudut Payakumbuh berbagi data dengan peserta, menurut data statistik Kota Payakumbuh tahun 2016 yang didapatnya, bahwa jumlah penduduk Kota Payakumbuh mencampai 121.000 Jiwa. Lebih setengahnya adalah usia produktif dan punya semangat muda. akan tetapi, pembangunan kota seolah tidak memihak pada usia muda tersebut. Seperti, tidak adanya ruang bersama anak muda untuk merayakan semangat berkaryanya anak muda.
Selain itu, Ade juga membebekan temuannya yang lain, tentang arah pembangunan kota cendrung tidak tepat guna. Ade mencontohkan, Ruang Terbuka Hijau Batang Agam Kota Payakumbuh yang setelah dibangun malah tidak diminati masyarakat. Sama halnya dengan Taman Intenet yang ada tepat di tengah-tengah kota, tidak banyak termanfaatkan oleh masyarakat kota Payakumbuh.
Kemudian, Roni Keron sebagai founder Payakumbuh Youth Arte Committee (PYAC). PYAC dibentuk tidak lain karena merespon kota dan anak muda itu sendiri. Tentu musti ada satu ruang yang menyuplai pengetahuan bersama, kemudian dibagi kepada komunitas-komunitas kreatif dan dipraktekan dalam bentuk kerja-kerja kreatif. Ruang itupun musti punya suara untuk bisa ikut menentukan arah kota, karena kota sejatinya adalah milik anak muda.
Terakhir adalah Dede Pramayoza, selaku pemerhati anak muda melalui lembaga yang ditekuninya, yaitu Teraseni Institute. Mengawalinya dengan membaca perjalanan semangat sosial melalui teori tentang generasi. Dimana, tiap-tiap generasi memiliki keunikan tersendiri berdasarkan lingkungan yang membentuknya. Seperti munculnya istilah generasi X, generasi Y, ataupun generasi alpha. Lalu mengajak peserta untuk menempatkan diri dengan mengidentifikasi diri masing-masing peserta. Setelah itu mengenali potensi dimiliki, dan kekuatan yang sekiranya dipunyai, kemudian memproyeksikan dalam bentuk keinginan, dan harapan-harapan peserta sebagai anak muda terhadap kotanya, semacam visi.
Semisal:
- Mendorong kreativitas anak muda Kota Payakumbuh
- Menciptakan iklim kreatif
- Merebut ruang
- Berkolaborasi dengan pemerintah
- Membangun ekosistem budaya yang sehat
Lalu, bagaimana kemudian merumuskan visi tesebut kedalam program kerja yang pada akhirnya disebut dengan misi. Maka, peserta dibagi kedalam beberapa kelompok untuk menerjemahkan visi kedalam program yang cocok serta merangkum kesemua visi yang telah diurai diatas. Masing-masing kelompok kemudian menerjemahkan visi melalui program kerja dan mempresentasikan gagasan masing-masingnya.
Akhirnya, lokakarya ini menghasilkan sebuah program kerja yang akan dijadikan sebagai ruang bersama anak muda untuk menciptakan peristiwa. Yakninya setelah membaca dan mengenali kotanya. Kegiatan yang dibungkus dalam format seni itu disepakati dengan nama Payakumbuh Art Week. Semacam pekan seni anak muda Kota Payakumbuh. Sebuah even yang mendorong kreativitas anak muda, kreativitas yang menciptakan iklim kreatif, kegiatan yang merebut ruang-ruang anak muda, berkolaborasi dengan pemerintah daerah, serta even ini bertujuan membangun ekosistem budaya yang sehat terutama di Kota Payakumbuh khususnya, serta Sumatera Barat umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar